Kasus Tuberkulosis di Indonesia Menurun Tangani TB, Kemenkes Tingkatkan Dukungan Hingga 300 Persen Jakarta - Kasus Tuberkulosis (TB) di Indonesia mengalami penurunan. Pada 2010 Indonesia berada di urutan kelima setelah selama sembilan tahun terakhir menempati urutan ketiga sebagai negara dengan kasus TB terbesar di dunia. Hal ini mendapat tanggapan positif dari berbagai kalangan baik dari dalam maupun luar negeri, seperti WHO (World Health Organization), JEMM (Joint External TB Monitoring Mission), dan Menteri Kesehatan, Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih. JEMM melaporkan telah banyak perbaikan yang terjadi dalam upaya pengendalian di Indonesia dan diakui secara global, termasuk punurunan peringkat dari ketiga menjadi kelima pada daftar negara dengan beban TB terbesar di dunia. Namun, permasalahan TB yang dihadapi Indonesia masih sangat besar dan setiap tahun masih ada 61.000 orang atau 169 orang per hari yang meninggal karena TB. "Selain itu Indonesia juga menduduki peringkat kedelapan pada daftar kasus multi-drug resistance (kekebalan terhadap pengobatan TB)," ujar Dr. Brokman dari JEMM pada jumpa pers di Gedung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Jakarta, Kamis (24/2/2011). Penanganan TB di Indonesia, terang Dr. Brokman, sudah baik terutama di negara populasi penduduk yang besar seperti Indonesia. Dr. Brokman mengaku bangga penurunan kasus TB di Indonesia melebihi target yang diinginkan. Hal senada dikatakan Menkes, penurunan angka kematian pada kasus TB adalah buah dari peningkatan dalam pengobatan yang dijamin Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). "Perwakilan Indonesia seperti Ikatan Dokter Indonesia, Ikatan Dokter Paru, Ikatan Dokter Anak, Substansi di Kemenkes dan Lembaga Swadaya Masyarakat bisa membantu penanganan TB di Indonesia," harap Menkes. TB adalah penyakit infeksi yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosisi. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus. Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales. Kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M. tuberculosis, M. bovis, M. africanum, M. microti, dan M. canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, M. tuberculosis merupakan jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai. M.tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 5µ dan lebar 3µ, tidak membentuk spora, dan termasuk bakteri aerob. Mycobacteria dapat diberi pewarnaan seperti bakteri lainnya, misalnya dengan Pewarnaan Gram. Namun, sekali mycobacteria diberi warna oleh pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Karenanya, mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan Asam atau BTA. Beberapa mikroorganisme lain yang juga memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies Nocardia, Rhodococcus, Legionella micdadei, dan protozoa Isospora dan Cryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M. tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofaga. Gejala utama tuberkulosis ialah batuk selama selama minggu atau lebih, berdahak, dan biasanya bercampur darah. Bisa juga nyeri dada, mata memerah, kehilangan nafsu makan, sesak napas, demam, badan lemah, dan semakin kurus. Bila tidak ditangani, bisa terjadi syok hipovolemik atau sesak napas berat yang berujung kematian. (krt/krt)
Selasa, 12 November 2013
Kasus Tuberkulosis di Indonesia Menurun by yohanesip
Kasus Tuberkulosis di Indonesia Menurun Tangani TB, Kemenkes Tingkatkan Dukungan Hingga 300 Persen Jakarta - Kasus Tuberkulosis (TB) di Indonesia mengalami penurunan. Pada 2010 Indonesia berada di urutan kelima setelah selama sembilan tahun terakhir menempati urutan ketiga sebagai negara dengan kasus TB terbesar di dunia. Hal ini mendapat tanggapan positif dari berbagai kalangan baik dari dalam maupun luar negeri, seperti WHO (World Health Organization), JEMM (Joint External TB Monitoring Mission), dan Menteri Kesehatan, Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih. JEMM melaporkan telah banyak perbaikan yang terjadi dalam upaya pengendalian di Indonesia dan diakui secara global, termasuk punurunan peringkat dari ketiga menjadi kelima pada daftar negara dengan beban TB terbesar di dunia. Namun, permasalahan TB yang dihadapi Indonesia masih sangat besar dan setiap tahun masih ada 61.000 orang atau 169 orang per hari yang meninggal karena TB. "Selain itu Indonesia juga menduduki peringkat kedelapan pada daftar kasus multi-drug resistance (kekebalan terhadap pengobatan TB)," ujar Dr. Brokman dari JEMM pada jumpa pers di Gedung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Jakarta, Kamis (24/2/2011). Penanganan TB di Indonesia, terang Dr. Brokman, sudah baik terutama di negara populasi penduduk yang besar seperti Indonesia. Dr. Brokman mengaku bangga penurunan kasus TB di Indonesia melebihi target yang diinginkan. Hal senada dikatakan Menkes, penurunan angka kematian pada kasus TB adalah buah dari peningkatan dalam pengobatan yang dijamin Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). "Perwakilan Indonesia seperti Ikatan Dokter Indonesia, Ikatan Dokter Paru, Ikatan Dokter Anak, Substansi di Kemenkes dan Lembaga Swadaya Masyarakat bisa membantu penanganan TB di Indonesia," harap Menkes. TB adalah penyakit infeksi yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosisi. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus. Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales. Kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M. tuberculosis, M. bovis, M. africanum, M. microti, dan M. canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, M. tuberculosis merupakan jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai. M.tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 5µ dan lebar 3µ, tidak membentuk spora, dan termasuk bakteri aerob. Mycobacteria dapat diberi pewarnaan seperti bakteri lainnya, misalnya dengan Pewarnaan Gram. Namun, sekali mycobacteria diberi warna oleh pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Karenanya, mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan Asam atau BTA. Beberapa mikroorganisme lain yang juga memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies Nocardia, Rhodococcus, Legionella micdadei, dan protozoa Isospora dan Cryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M. tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofaga. Gejala utama tuberkulosis ialah batuk selama selama minggu atau lebih, berdahak, dan biasanya bercampur darah. Bisa juga nyeri dada, mata memerah, kehilangan nafsu makan, sesak napas, demam, badan lemah, dan semakin kurus. Bila tidak ditangani, bisa terjadi syok hipovolemik atau sesak napas berat yang berujung kematian. (krt/krt)
Langganan:
Postingan (Atom)